Pagi buta kembali menyeruak ditemani burung-burung yang bernyanyi merdu. Hembusan angin yang sesekali menembus celah-celah jendela kamar membawa sejuta kedinginan yang terus merasuk ke dalam hasrat. Embun pagi mengeluarkan kesejukannya dan siratan sinar matahari sudah berani menyemburat ke segala arah. Suasana yang begitu nyaman dan sungguh menentramkan batin. Tapi, itu semua tak belaku bagi Melati, gadis kecil yang manis dengan rambut hitam sebahunya. Sampai sekarang dengan umur 15 tahun dia tak pernah sedikitpun merasakan ketentraman batin. Mungkin hanya waktu terlelap tidur saja dia bisa mengistirahatkan hati kecilnya.
Tiba-tiba.....
“Melatiiiii.....bangun!!!!!!udah siang..malah enak-enakan molor . Bukannnya bantuin ibu..dasar anak malas..nggak tau kerjaan ...”bentak Ibu Melati.
Belum sempat beranjak dari tempat tidur. BYUUUUR.....seember air dingin sudah membasahi tubuh gadis kecil itu. Dengan kagetnya dia langsung bangun dan menatap ibunya penuh ketakutan.
Ya...itulah ibu Melati. Setiap hari, ibunya selalu memperlakukan Melati seperti bukan anak kandungnya entah apa sebabnya, Melati pun tak pernah tau. Melati harus mengalami tekanan batin dan fisik setiap saat. Pukulan, tamparan dan segala sumpah serapah telah menjadi menu tiap hari bagi ia. Tapi dia mencoba untuk sabar. Sebenarnya Melati punya adek namanya Sela, namun ibunya memperlakukan Sela dengan kasih sayang dan sangat jauh berbeda dengan yang dilakukan terhadap Melati.
Hingga pada suatu hari.....
“Mel.....sini cepetan!!!! Sekarang kamu cuci piring, baju, ngepel, nyapu lantai dan halaman.”suruh ibunya.
“Ttt...tapi bu..,kenapa harus saya semua ?”
“Berani kamu bantah ibu ?”
PLAAAAK....tamparan segera mendarat di pipi Melati. “ Dasar anak pemalas.....nggak pernah nurut orang tua, kerjaannya bantah melulu. Udah cepet kerjaen.”bentak ibunya dengan nada lebih geram.
Tangan – tangan mungilnya memulai mengerjakan semua yang di suruh ibunya. Tak terasa, air mata jatuh menetes dari pipinya dan air mata itu tak bisa terbendung. Melati hanya bisa meratapi nasibnya.
“Ya Allah....kenapa ibu begitu membenciku ? Apa salahku ? Aku sudah mencoba sabar, tapi kenapa ini tak ada habisnya ?”rintih Melati.
Secara tak sengaja, sapu yang dipegangnya mengenai guci dan jatuh ke lantai. Guci itu benda kesayangan ibunya, semua telah terlanjur, guci telah hancur berserakan di lantai. Terlihat wajah Melati yang berubah drastis.
“Apa – apaan ini..haaah guciku...Melati!!! Apa yang kamu lakuin ? Guci kesayangan ibu hancur.”geram ibunya.
Sapu yang dipegangnya kini telah berpindah ke tangan ibunya. Sambil memukuli Melati, ibunya terus memaki dengan kemarahan yang memuncak.
“Dasar anak kurang ajar, nggak tau diuntung, cuma bikin susah orang tua. Udah mending ibu mau ngurusin kamu, tapi kamu malah nggak tau terima kasih.”
Tamparan kembali menyapa dan pukulan pun bertubi-tubi menyentuh tubuh melati. Tangan, kaki, punggung tak ada yang luput dari pukulan.
“Ibuu..ampuuun...aku tidak sengaja Bu! Ibuuuu...sakiiit....ampun! Maafin Melati Bu...”rintihnya yang kesakitan dengan air mata yamg terus mengalir.
“Bu...sudah cukup...kasihan kak Mel. Kak Mel nggak sengaja.”bela adiknya.
Ibunya pun berhenti memukuli Melati dan duduk terkulai lemas memandangi anaknya yang merintih kesakitan dan menangis setelah ia pukuli. Ibunya pun juga tak kuasa menahan tangis begitu juga Sela adiknya.
“Bu, kenapa ibu begitu tega pada Kak Mel ? Kak Mel juga anak ibu sama seperti saya. Ibu apa nggak kasihan melihat Kak Mel kayak gini ?”ucap Sela.
“Aku minta maaf Bu...maaf. Aku bener – bener nggak sengaja. Aku tahu ibu membenciku, tapi aku mohon Bu jangan siksa aku seperti ini ! Aku sudah nggak kuat Bu. Tiap hari aku harus menahan sakit dengan terus bekerja, apakah ibu setega itu padaku ? Aku anak ibu, aku ingin disayang dan di manja ibu bukan disiksa seperti ini. Aku sayang pada ibu, tapi kenapa ibu nggak pernah sayang sama aku ? Apa karna aku nggak sepandai dan secantik Sela adikku ? Apa salahku ?”ucap Melati yang disertai gelinang air mata.
Dengan isak tangis, Ibu Melati mendekat dan memeluk Melati.
“Melati..maafin ibu! Ibu terlalu egois selama ini. Ibu pilih kasih terhadap kalian. Ibu salah...Ibu menyesal. Ibu tak pantas dipanggil ibu. Ibu sudah tega menyiksa anak ibu sendiri, anak yang seharusnya ibu sayangi dan ibu lindungi. Maafkan ibu Mel...!!!”sesal ibu Melati
“Bu..Melati sayang sama ibu, Melati udah maafin ibu. Ibu jangan bilang gitu lagi ya..!!”ucapnya.
“Makasih Mel... Ibu janji mulai sekarang ibu akan selalu sayang sama kalian. Ibu menyesal. Ibu tidak akan pernah mengulangi ini semua. Ibu JANJI....!!!”
Sejak saat itu, Melati sudah tak pernah mendapat siksaan dari ibunya. Dia hidup seperti layaknya seorang anak. Mendapat kasih sayang sepenuhnya dari seorang ibu. Kini....hidup Melati selalu dihiasi kebahagiaan dan tak ada lagi yang namanya pukulan, tamparan serta sumpah serapah.
0 komentar:
Posting Komentar